"Anak ini pun
seorang gadis yang
dapat dikatakan tidak bercacat, karena
bukan rupanya saja yang cantik tetapi
kelakuan dan adatnya, tertib dan
sopannya, serta kebaikan
hatinya, tiadalah
kurang daripada kecantikan parasnya.”
Kalimat
di atas adalah kutipan dialog Kasih Tak Sampai. Bukan lirik lagu Kasih Tak
Sampai-nya Padi ya? Tapi roman sastra tahun 70-an karya Marah Rusli. Para Om
dan Tante kita mungkin lebih mengenalnya sebagai Siti Nurbaya yang beberapa
kali sempat diangkat ke sinetron.
Nah,
bagi penikmat sastra modern, roman dan novel angkatan Balai Pustaka semacam ini
asyik juga loh untuk dibaca. Angkatan Balai Pustaka artinya karya sastra di
Indonesia yang terbit sejak tahun 1920 yang diterbitkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Jangan ngaku pencinta sastra ya bila belum pernah baca apalagi belum
tahu novel/ roman angkatan Balai Pustaka yang populer itu. Kalau selama ini
bacaan kita cuma novel teenlit atau fiksi-fiksi modern yang sedikit muatan
sastranya, coba deh ke perpustakaan daerahmu dan temukan banyak karya sastra
lama disana.
Biar lebih
selektif sebagai bentuk antisipasi alur cerita yang kurang ideal dengan
seleramu, tengok dulu deh beberapa novel dan roman sastra angkatan Balai
Pustaka berikut ini. Semoga membantu ^^.
1.
Azab dan Sengsara (Merari Siregar; 1920)
Tokoh utama
dalam novel ini bernama Mariamin. Diawali oleh asal usul kehidupan bapaknya
yang manja dan terbiasa berfoya-foya, Mariamin lahir di tengah keluarga miskin
(sebab bapaknya senang menghabiskan uang dengan berjudi). Mariamin pun menjadi
anak yang selalu mendapatkan ejekan dari warga kampung akibat perangai buruk si
bapak. Menjelang remaja Mariamin pacaran dengan Aminuddin, seorang pemuda dari
keluarga kaya. Aminuddin sampai berjanji bahwa mereka akan menikah setelah ia
mendapatkan pekerjaan.
Bapak
Aminuddin tentu saja tidak merestui hubungan mereka. Dengan banyak rekayasa,
akhirnya si bapak berhasil memisahkan putranya dari si gadis miskin. Aminuddin
pun menikah dengan gadis berada, sedangkan Mariamin dinikahi oleh seorang
lelaki Medan bernama Kasibun yang ternyata tidak bisa berlaku lembut terhadap
istrinya. Bosan diperlakukan kasar, Mariamin minta diceraikan dan melaporkan
Kasibun pada polisi. Pasca perceraian, Mariamin tetaplah hancur hatinya sebab
tak ada lagi yang bisa ia harapkan hingga ia pun meninggal dunia.
2.
Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai (Marah Rusli;
1922)
Ber-setting adat
Minangkabau, roman Siti Nurbaya menceritakan tentang kehidupan keluarga Baginda
Sulaiman, seorang pengusaha yang pada mulanya hidup sejahtera. Saingan
bisnisnya, Datuk Meringgih, sebagai orang yang sombong dan serakah tidak suka
melihat kesuksesan Baginda Sulaiman. Ia pun melakukan maker pada Baginda
Sulaiman hingga jatuh miskinlah Baginda Sulaiman dan keluarganya, sehingga
terpaksa harus mendapatkan pinjaman modal pada datuk Meringgih.
Suatu hari, Datuk
Meringgih mendesak Baginda Sulaiman untuk melunasi utang-utangnya. Dalam
kebimbangan karena tak mampu membayar, putri Baginda Sulaiman, Siti Nurbaya,
menawarkan diri untuk dinikahi oleh Datuk Meringgih yang tua dan kasar. Semua pinjaman
modal tersebut pun dianggap lunas. Baginda Sulaiman tak punya pilihan. Demi
menjaga kehormatan keluarga, Siti Nurbaya menerima kenyataan pahit menjadi
istri seorang Datuk Meringgih. Padahal ia tengah menunggu Samsulbahri,
kekasihnya yang masih sekolah di Stovia, Jakarta.
Di pertengahan
hingga akhir cerita, Siti Nurbaya diracuni oleh Datuk Meringgih setelah terjadi
banyak konflik, diantaranya karena ia ketahuan ingin menyusul Samsulbahri ke
Stovia. Samsulbahri pun meninggal dunia karena perkelahian dengan Datuk Meringgih.
Namun sebelumnya, Datuk Meringgih berhasil ia tembak.
3.
Salah Asuhan (Abdul Muis; 1928)
Salah Asuhan
bercerita tentang Hanafi, pemuda yang dikirim ke Betawi oleh ibunya untuk
belajar di sekolah Belanda. Tinggal di keluarga Belanda dan bergaul dengan
banyak warga Eropa, Hanafi terobsesi mengubah diri sepeti mereka bahkan setelah
bekerja, apalagi ia jatuh cinta pada gadis Belanda bernama Corrie. Pada
mulanya, cinta Hanafi bertepuk sebelah tangan hingga akhirnya ia jatuh sakit.
Ibunya menghiburnya dengan mencari pengganti Corrie, seorang gadis pribumi
bernama Rapiah. Maka pernikahan pun dilangsungkan meski Hanafi sama sekali
tidak mencintai Rapiah. Singkat cerita, Rapiah melahirkan anak lelaki yang
diberi nama Syafei. Namun, sikap dingin Hanafi tak juga berubah. Bahkan ia
sering bersungut-sungut pada putranya dan memperlakukan istrinya seperti
pembantu.
Tatkala ibu
Hanafi mulai menasihati putranya, terjadi kecelakaan yang mengharuskan Hanafi
berobat ke Betawi. Tak dinyana, ia bertemu pujaan hatinya kembali. Hanafi pun
mencari seribu satu cara agar berhasil mendapatkan Corrie dan ternyata Corrie
luluh juga. Mereka pun menikah. Keluarganya di Medan hanya dikirimu surat yang
mengabarkan bahwa Hanafi telah menikah dengan gadis Belanda. Kalau tidak salah
(saya lupa-lupa ingat), Hanafi bahkan mengubah namanya menjadi Christian Han.
Namun Tuhan
memang Maha Adil. Pernikahan Hanafi dan Corrie tidak berjalan mulus. Sikap
Hanafi terkadang suka menang sendiri meski cintanya pada Corrie juga amat
besar. Corrie yang notabene wanita Eropa tidak setabah Rapiah, wanita sederhana
yang dididik dengan baik oleh keluarga pribumi.
4.
Sengsara Membawa Nikmat (Tulis St. Sati; 1929)
Emak-emak
zaman dulu pasti familiar dengan judul ini. Memang, kisah hidup si Midun yang
penuh liku ini pernah diangkat ke layar kaca. Midun adalah pemuda Minang, hidup
sederhana dengan sifat terpuji dan bekal ilmu silat yang mahir sehingga
disenangi oleh orang-orang di kampungnya. Tokoh antagonis di fiksi ini, Kacak,
iri padanya hingga menghalalkan berbagai macam cara untuk menghancurkan Midun.
Hidup si Midun pun diwarnai banyak ujian. Ia beberapa kali pernah masuk
penjara. Namun, lagi-lagi Midun disenangi oleh orang-orang di penjara.
Kebaikan Midun
yang tak terbatas membawanya pada titik balik kehidupannya. Ia bertemu Halimah,
gadis cantik yang tengah mencari ayah kandungnya di Bogor yang akhirnya ia
nikahi. Dalam usaha pun Midun menjadi seorang yang sukses dan dipercaya di Medan.
Tak disangka, ia bertemu dengan adiknya, Manjau. Manjau bercerita banyak
tentang keluarga mereka di kampung. Merasa sedih, Midun meminta pindah tugas ke
kampung halamannya. Finally, Midun and
the family live happily ever after ^^.
5.
Si Cebol Rindukan Bulan (Aman Datuk Madjoindo;
1934)
Tokoh utamanya
bernama Fatimah, putri dari Amat Pendek alias Sutan Pandeka yang angkuh dan
gila kehormatan. Berbeda dengan sang ayah, Fatimah berbudi luhur. Fatimah
pacaran dengan Didong, pemuda miskin yang santun. Seperti halnya tokoh
antagonis kebanyakan, Sutan Pandeka tentu saja tidak menginginkan Disong
sebagai menantu. Maka, ia pun mengundang pemuda bangsawan bernama Sutan Ajis
untuk bertamu. Sutan Ajis yang sifat serakahnya tak jauh berbeda dengan Sutan
Pandeka, menyambut baik maksud perjodohan tersebut hingga frekuensi bertamu ke
rumah Sutan Pandeka lebih intense.
Konflik
dimulai saat Sutan Ajis mengajak Fatimah dan ayahnya ke Pariaman untuk
mengunjungi arak-arakan 10 Muharram. Di perjalanan, Fatimah melihat Didong lalu
memanggilnya. Didong pun segera menyusul bendi yang membawa Fatimah menggunakan
sepeda. Sekuat tenaga ia mengayuh sepeda hingga akhirnya berhasil juga
menemukan Fatimah. Akan tetapi, sesampainya di tempat, Sutan Ajis ketahuan
ingin merampas harga diri Fatimah. Didong yang marah memukulnya hingga Sutan
Ajis cedera. Sutan Ajis tak mau terima, ia pun mengadukan Didong ke polisi
lantas Didong dipenjara.
Peristiwa itu
meninggalkan bekas di hati Fatimah dan keluarga Sutan Ajis. Fatimah sakit parah
dan orang tua Sutan Ajis tidak mau menerima Fatimah sebagai menantu. Sutan
Pandeka menyesali keserakahannya pada putrinya sendiri, hingga rela
mengeluarkan uang banyak demi membebaskan Didong dari penjara. Namun sayang,
saat Didong bebas Fatimah sudah lebih dulu meninggal dunia. Didong depresi.
Menyaksikan kenyataan pahit di depan mata, akhirnya Sutan Pandeka pun mengalami
gangguan jiwa.
6.
Katak Hendak Jadi Lembu (Nur Sutan Iskandar; 1935)
Lagi-lagi
tentang perjodohan. Dalam novel ini, tokoh utama wanita bernama Zubaedah.
Berawal dari persahabatan dua orang yaitu H. Hasbullah dan H. Zakaria. Keduanya
memiliki anak yang sudah dewasa, maka karena kedekatan tersebut H. Zakaria
ingin menjodohkan Suria, putranya, dengan Zubaedah yang tak lain adalah putri
H. Hasbullah. Suria yang berperangai buruk sebenarnya tidak ingin diteima oleh
H. Hasbullah. Namun karena kedekatan keduanya, beliau tak tega menolak.
Pernikahan pun dilangsungkan.
Selama hidup
bersama Suria, Zubaedah sering mendapatkan perlakuan sewenang-wenang. Bahkan
selama 3 tahun Zubaedah pernah ditinggal oleh Suria. Terlebih setelah sang ayah
meninggal dunia, Suria semakin senang berfoya-foya. Baru setelah uangnya habis,
Suria pulang ke rumah dan meminta maaf pada istrinya.
Novel dan
roman sastra angkatan Balai Pustaka ada banyak. Enam diantaranya sebagaimana
yang saya ulas di atas hanyalah yang paling popular di mata saya ^^ (yang jelas
novel dan roman yang tetap dipertahankan di sekolah-sekolah saya dulu). Kalau
judul-judul lainnya, saya kurang familiar. Bantu saya mengoreksi jika ada
sinopsis yang menyimpang ya? Cmiiw.
No comments:
Post a Comment