handphone-tablet
Kajian.Net
Aku sudah siap dengan semangat baru, menapak jalan terjal untuk mencari ilmu, menelusuri halang rintang untuk menyongsong indahnya masa depan.

Sunday, April 22, 2012

Create a New Idol With No Fear

Siapa tak kenal Hermione Jean Granger, sahabat setia Harry Potter yang jenius, berjuang dengan berani melawan The Death Eater demi membantu “Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup” untuk menyelamatkan dunia sihir. Atau pengendali air yang beranjak remaja dari suku Selatan, Katara, teman sepetualang Aang sang Avatar dalam usahanya meruntuhkan otoritas Raja Api Ozai.

Hermione Granger dan Katara sama-sama cerdas, sama-sama pemberani, sama-sama gigih berjuang membela kebenaran, sama-sama tokoh yang diciptakan untuk menjadi idola anak-anak dan remaja, dan (sayangnya) sama-sama muncul dalam fiksi kepahlawanan non-muslim. Memang bukan hal yang mengherankan bahwa Barat sudah “terlalu” mahir menciptakan legenda kolosal yang menarik dan menguasi pasar fiksi dan film, dengan tokoh-tokoh yang akan dipuja-puja sebagai pahlawan. Lihat saja kisah Mulan si gadis tomboy yang berhasil dalam perang di RRC, Arwen Evenstar makhluk separo elf cantik dalam The Lord of The Ring, Peter,  Susan, Edmund dan Lucy Pevensie dalam The Chronicles of Narnia, Wendy Darling yang menjadi penyemangat Peter Pan, atau sekadar tokoh-tokoh dalam dongeng pengantar tidur, seperti Cinderella, Belle, Aurora atau Anastacia.

Satu fragmen sederhana yang menggelitik saya untuk bertanya, “Bagaimana jika Hermione Granger dan Katara diciptakan dengan mengenakan jilbab?” Eksentrik, tapi cukup menarik untuk difikirkan lebih dalam. Selama ini saya belum pernah medengar kartunis atau novelis muslim menciptakan fiksi legendaris yang mendunia selevel Harry Potter atau Avatar The Legend of Aang, dengan tokoh-tokoh remaja muslim dan muslimah (maaf bila saya ketinggalan info, mohon dikoreksi). Misalnya legenda bocah pedalaman Kalimantan yang dilahirkan sebagai animis, tapi karena ia dianugerahi Allah SWT dengan kecerdasan luar biasa, akhirnya berjuang sendiri dalam pencarian kebenaran dan setelah remaja ia berpetualang ke Xin Jiang, Gaza dan beberapa lokasi diskriminasi muslim untuk menyelamatkan banyak jiwa, terakhir ia syahid setelah meruntuhkan rezim Obama di Amerika dan memimpin laskar mujahid dalam memerangi Yahudi (alurnya dipaksain banget nih, he).

Bukan tak mungkin suatu hari akan lahir novel, kartun atau film kepahlawanan legendaris rekaan yang menarik, menegangkan tapi sarat ibrah dan sekaligus pendalaman akidah, untuk menciptakan tokoh-tokoh idola baru bagi anak-anak dan remaja musim tanpa kekhawatiran akan kiblatisasi Barat. Tentunya diatur dengan alur logis dan tidak terkesan memaksa, seterpaksa kisah si bocah pedalaman tadi.

Sebenarnya masih banyak pula tokoh-tokoh muslim yang lebih hebat dan berani. Ingat kembali riwayat Mush’ab bin Umair yang kaya raya tapi tidak menjadikannya pengecut dalam membela agama Allah, Zaid bin Haritsah sang panglima pilihan Rasulullah karena kecakapannya memimpin banyak perang, atau Salman Al Farisi yang lahir sebagai Majusi dan karena kecerdasannya menyusun strategi, kaum muslim memenangkan perang melawan Yahudi dan Quraisy. Tokoh muslimahnya pun tak kalah hebat. Semua umat muslim pasti tak akan melupakan kemuliaan Ummul Mu’minin Khadijah Al-Kubra ra yang pertama kali masuk Islam dari Bangsa Quraisy, Asma’ binti Abu Bakar ra yang dengan keberaniannya berkata benar di hadapan seorang penguasa, atau muslimah dengan julukan lbu para syuhada, Al-Khansa binti Amru yang rela melepas keempat putranya untuk menjadi mujahid dalam perang melawan tentara Persia.
Bagi seorang penulis handal, barangkali riwayat Sahabat-Sahabiyah dapat dijadikan referensi untuk menciptakan sebuah karya besar, fiksi petualangan Islami untuk para penikmat sastra. So, novel atau film Islami bukan cuma romantic melodrama, seperti yang sekarang menjamur. Itung-itung kontribusi dalam menegakkan Khilafah Islamiyah.

Rasulullah saja bersabda dari Abu Hurairah, “Tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Seorang mujahid yang memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah demi menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani}.

Betul?

(26 Februari 2010)