handphone-tablet
Kajian.Net
Aku sudah siap dengan semangat baru, menapak jalan terjal untuk mencari ilmu, menelusuri halang rintang untuk menyongsong indahnya masa depan.

Friday, January 3, 2014

Tips Menulis Ala Darwis Tere Liye

          Bulan Desember 2013 kemarin adalah pertama kalinya saya ketemu Bang Darwis Tere Liye. Ketemu di seminar kepenulisan sih. Beliau pemateri, saya cuma "pemerhati" yang duduk manis di kursi penonton. Nah, Sob, karena seminar, otomatis banyak dong yang di-share sama beliau. Saya bagikan disini yak? Mohon disimak!
         
PROLOG : Menulis seperti sebatang pohon kelapa yang tertiup angin dan menebar kebaikan ke setiap penjuru.

Ini dia tips menulis ala Bang Tere:
  1. Topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu punya sudut pandang yang spesial, artinya sesuatu yang tidak difikirkan oleh orang lain dengan catatan ‘spesial’ berarti sudut pandang yang positif. 
  2. Menulis membutuhkan amunisi. No ammunition = will never ever be a note. Amunisi itu bisa didapat dari pengalaman membaca, mengamati, berbicara pada banyak orang dsb. Anak-anak zaman sekarang banyak yang melupakan detil, karena terbiasa hidup instan. Pernah nggak kita bertanya-tanya kenapa ide-ide yang bermunculan di kepala serasa tidak orisinil? Masak disamain kayak sinetron MNC atau FTV. Hiks! Nah jawabannya, ide-ide yang berseliweran itu tergantung pada amunisi apa yang kita temukan. Artinya, yang kita baca, tonton, bicarakan, itulah yang akan menjelma menjadi sebuah ide tulisan.
  3. Kalimat pertama itu mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, menyelesaikannya lebih gampang lagi. Nah, kata beliau jangan membebani diri dengan aturan ini itu tentang tulisan. Misalnya paragraf deduktif, induktif, terus gaya bahasa yang indah-indah bak pujangga, padahal keseharian kita jarang menemukan bahasa begituan (tapi kalau sehari-hari romantis en puitis kayak kita mah okeh aja, hehe). Hafalan Sholat Delisa adalah salah 1 contoh novel yang belum selesai, tapi karena mentok, ya sudah ditulis aja bawahnya TAMAT. Padahal beliau bikin novel itu buat bahas hakikat sholat tiap gerakan seperti ruku’ dan sujud.  
  4. Ala karena terbiasa. Bang Tere menganalogikan hal ini dengan kegiatan memasak ibu-ibu. Kalau sudah terbiasa, pasti ga sibuk lagi cari resep, tinggal comot ini comot itu. Ini hakikat belajar yang sesungguhnya. So, amalkanlah kebiasaan baik dan istimror menjalaninya, pasti jadi kebiasaan. 
  5. Miliki motivasi terbaik. Jadi, catat apa yang ingin anti raih dengan menulis. Catatannya, motivasi akan mempengaruhi seperti apa kita nantinya setelah berhasil. Misal nih, kita nulis karena pengen entertaining, ya berarti setelah kita berhasil menghibur diri dan orang lain dengan karya kita, maka berakhir juga kita sampai disitu. Kan udah puas dengan motivasi en cita-citanya. Jadi, ini kesimpulan pribadi sih, kalau kita mau jadi penulis superhebat tiada tanding, maka motivasi kita haruslah SURGA. Kan prinsipnya, we’ll never stop if we’re success, we’ll stop when we’re in Jannah (ini kamut yang mendadak muncul pas ngomen status teman ^^)
nyomot dari fp Bang Darwis V^^
EPILOG :
Masa terbaik pertama menamam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Sekarang usia kita berapa? Kalau 25, maka harusnya ada banyak buah yang kita nikmati, banyak ranting yang bisa kita bikin kayu bakar, bonusnya ada rumah pohon yang bisa kita bangun di atasnya. Kalau belum, kita masih punya masa terbaik kedua, yaitu hari ini. Maka di 20 tahun yang akan datang, kita bisa nikmati semua tanpa penyesalan. Yah gitu kira-kira pesan terakhir Bang Tere. Belepotan ya jelasinnya? Mau ga dimuat tapi ini penting.
Oke deh, segitu aja ya? Semoga bermanfaat yak? Jazakillah khair. Wassalam.

No comments:

Post a Comment