Tidak ada penyesalan. Aku yakin aku tidak salah mengenalmu. Bahkan
sejak pertama kita berkenalan di SMP. Yakin. Sudah sangat yakin. Tapi kini aku
merasa semakin jauh. Kamu juga tidak lagi peduli, bahkan senang membuatku menangis karena
nilaiku jelek, dimarahi dosen PA, dan merasa malu karena aku bukan lagi The
Queen of Champion seperti di sekolah dahulu. Ya, terus saja menertawakanku bila
setiap ada pekerjaan rumah aku tak lagi bisa mengerjakannya sendiri, tidak
seperti dulu saat aku masih memiliki cukup kekuatan untuk selalu membuatmu
bertekuk lutut. Bukankah hanya aku yang bisa membuatmu takluk?
Tak mengapa meski aku telah kecewa berkali-kali. Sungguh, berawal
dari kesalahankulah hingga akhirnya kita saling menjauh. Berbeda sekali ketika
dulu dengan amat bersemangatnya aku berangkat ke sekolah di hari-hari yang
memungkinkanku (hanya) untuk bertemu denganmu. Ya, hanya disana tempat paling
nyaman untuk berbagi. Kamu memang terlalu cerdas untuk bermain di keramaian.
Hmm, alangkah indah membayangkan itu. Sekarang aku bahkan tidak merasakan
apa-apa walaupun kita bisa bertemu setiap hari.
Tapi aku ingin membuktikan sekali lagi. Saksikanlah bahwa aku
pantas menjadi bagian dari perjalanan hidupmu yang rumit. Saksikanlah bahwa aku
sanggup berjuang mengajarkan jalanmu yang unik agar semakin banyak saudaraku
yang bisa mencintaimu. Izinkan aku. Izinkan aku. Aku akan tetap bertahan untuk
mencintaimu. . . , FISIKA. Apapun akan kulakukan untuk menaklukkanmu. Semangat,
Norma! Buat FISIKA berlutut di kakimu !!!
No comments:
Post a Comment