handphone-tablet
Kajian.Net
Aku sudah siap dengan semangat baru, menapak jalan terjal untuk mencari ilmu, menelusuri halang rintang untuk menyongsong indahnya masa depan.

Monday, September 10, 2012

Teguran-Mu

            Saat ini pukul sepuluh lewat lima. Sudah cukup lengang jalanan di luar sana. Teman-teman penghuni kos yang masih belum pulang kampung sudah terdengar bersiap-siap untuk tidur. Ah, aku makan malam saja belum. Tidak berselera.
            Beberapa menit yang lalu, satu pesan masuk ke inbox handphone-ku. Dari Fulanah, adik satu jurusan tiga tingkat di bawah. Begitu melihat namanya, suasana hati sudah berubah. Kubuka cepat-cepat. Ia menyampaikan permintaan maaf karena dengan terpaksa harus membatalkan acara perpisahan yang sudah kami rencanakan hari Ahad nanti. Kujawab segera ditambah icon smiley yang ceria. Ceria? Ah, aku merasa bodoh, itu tidak jujur namanya.
            Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja hatiku meringis. Teringat peristiwa kemarin siang saat ia sengaja hadir di Musyawarah Besar organisasi yang menaungi kami. Mulanya kufikir tujuannya datang memang untuk menghadiri Mubes, namun setelah salah seorang akhwat yang cukup dekat denganku dan Fulanah memberitahu bahwa kedatangannya kemari adalah untuk berpamitan, aku shocked berat. Kenapa? Mau kemana?
            “Tadi malam katanya dia sudah nelpon Kak Norma, tapi nggak diangkat.”
            Astaghfirullah! Iya, ketika men-check handphone tadi pagi, ada tiga panggilan tak terjawab dari Fulanah. Tidak kuangkat saat ia menelpon karena waktu itu aku sudah tertidur tanpa direncanakan. Kufikir dia hanya ingin bertanya sesuatu, atau bercerita seperti biasa. Iya, dia memang ingin bercerita, Norma, cerita bahwa ia akan berpamitan. Oh!
            “Mana…?” aku melayangkan pandangan ke seluruh ruangan. Fulanah sudah tidak ada.
            “Dia di luar, Kak. Sini saya temani,” tawar akhwat tadi.
            Kami berdua keluar ruangan. Sudah tak terfikirkan lagi di benakku bahwa teman-teman tengah bersitegang mendiskusikan MPO (Mekanisme Pelaksanaan Organisasi). Fulanah, adikku, aku merasa sangat bersalah.
            Di ujung anak tangga menuju lantai dua, aku melihatnya bersama salah seorang akhwat (adik tingkat dua tahun di bawahku). Kupanggil mereka. Fulanah tersenyum saat melihatku, sepertinya sedikit salah tingkah.
            “Ukhti, afwan jiddan tadi malam Kakak nggak ngangkat telpon anti….”akuku langsung.
            “Nggak papa, Kak. Saya tahu Kak Norma mungkin sudah tidur,” jawabnya malu-malu.
            Kuajak mereka mencari tempat duduk yang nyaman, bangku kayu panjang di lorong menuju gedung Dekanat lantai dua.
            Aku lupa berapa lama waktu yang kami berempat habiskan untuk bercengkrama, menceritakan hal apapun yang kami inginkan, alasan berpamitan, keadaan lingkungan tempat dia tinggal nanti, sampai kuceritakan sedikit tentang pahlawan Palestina Syekh Ahmad Yaasin. Semoga memberi kekuatan.
            Mulanya kuupayakan agar dia tak jadi pergi. Ah, betapa polosnya aku! Dia memang harus pergi.Orang tuanya sudah menunggu untuk menjemputnya kembali.
            “Saya harus pergi, Kak,” jawabnya berulang-ulang. Suaranya bergetar.
Ya sudahlah, kalau memang ini jalan yang sudah dengan jelas Allah Tetapkan di depan mata, kenapa harus kita paksakan untuk mencegahnya? Dunia adalah ladang luas untuk berbuat kebaikan. Tidak bisa beramal di satu tempat, kita bisa melakukannya di tempat lain. Tapi… siapa yang merasa berbahagia dengan perpisahan?
            Ukhti Fulanah, maafkan Kakak yang selama ini belum bisa menjadi teladan yang baik untuk anti. Maafkan jika selama ini sangat banyak pengawasan yang tidak mampu Kakak lakukan. Maafkan karena tidak semua nasihat yang Kakak berikan selalu bisa Kakak lakukan. Kaburamaqtan ‘Indallahaantakulumaa la taf’aluun. Tentu, tentu Allah sangat membencinya Ukh. Tapi dengan niat tulus untuk terus berusaha melakukan perbaikan, Insya Allah tidak akan dinilai sebagai dosa. Maafkan semua kesalahan Kakak ya Ukhti. Semoga keterikatan hati yang sejak lama kita bangun tak akan pudar hingga kapanpun.
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu.
Ya Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu.
Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu.
Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong.
Ya Allah, kabulkanlah dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.


NB       :
Rabb, My Lord, aku ingin menyampaikan pesan cinta.
Kau beri aku kado sangat indah, satu paket binaan istimewa yang tanpa kukerahkan tenagaku lebih banyak pun akan selalu bersemangat menimba ilmu bersama-sama.
Kini Kau ambil kembali salah satu yang terbaik dari mereka, yang senang mengevaluasi kelemahan diri dan bersemangat melakukan perbaikan.
Ya, Rabb, My Lord, aku tahu ini salah satu bentuk teguran-Mu.
Teguran-Mu bahwa aku belum sepenuhnya berusaha memberikan teladan untuk mereka.
Teguran-Mu bahwa aku sering mengacuhkan mereka dalam pengawasanku.
Teguran-Mu bahwa sekarang juga aku harus memperbaiki diriku.
Teguran-Mu bahwa sekarang juga aku harus membersihkan hati dari penyakitnya.
Teguran-Mu bahwa sekarang juga aku harus menanamkan I-K-H-L-A-S dalam benakku.
Terimakasih, Rabb, My Lord, Kau Terangi jalanku lebih indah dari yang dulu.




27 Januari 2012
11:42 pm
Kamar yang Insya Allah penuh berkah

No comments:

Post a Comment