Sering
godaan itu datang, berkali-kali menyeringai. Godaan akan kehidupan normal
seperti mereka yang berada di luar sana. Godaan untuk kembali pada masa lalu
sedetik sebelum Allah memperkenalkan jalan berbatu ini. Godaan untuk bebas tertawa
berlebihan, menyanyi bersama di dalam mikrolet atau di bawah pohon akasia,
menghujani teman yang berulang tahun dengan telur, tepung dan mentega selama
seminggu, menjitak kepalanya dan menceburkannya ke sungai kecil berair kotor.
Godaan untuk mengizinkan hati berharap pada yang tak sepantasnya, merelakan
darah berdesir hangat saat dihadiahkan tatapan lembut di bawah gerimis,
melengkungkan bibir hingga terbentuk senyum sipu, memerahkan pipi. Semua muncul
silih berganti, terbungkus dengan manis untuk setiap episode. Terus menyeringai
tanpa mau mengerti akan kehadiran kehidupan baru yang terus menuntut kematangan
seiring berjalannya waktu.
Akan
tetapi, ada harga yang akan dibayar. Ada lelah yang akan diganti. Allah sudah
mempersiapkannya untuk kita, bukan hanya satu, tapi seribu. Hanya pengorbananlah
yang berhak atas harga-harga itu. Pengorbanan untuk menjauhkan godaan, pengorbanan
untuk mempertahankan iman, pengorbanan untuk tetap teguh dalam barisan. Sebab
tak ada penat yang sia-sia.
No comments:
Post a Comment